ANGGOTA: Uswatun Hasanah
Fitri
Nurnaningsih
“DESAIN
KURIKULUM DALAM ORIENTASI SISWA DIDIK”
REFERENSI: Mark K, Smith. 2009.TEORI PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJARAN.Jogjakarta. Mirza Media Pustaka.
http://wwwclassical.blogspot.com/2011/10/desain-kurikulum.html.
http://emahannasijada.blogspot.com/2012/09/desain-kurikulum.html
ISI
BACAAN:
1.
Desain Kurikulum Dalam Orientasi Siswa
Asumsi
yang mendasari bahwa desain ini adalah sebuah jalur pendidikan yg diselenggarakan
untuk membantu anak didik, sehingga pendidikan
tidak boleh terlepas dari anak didik.
Anak
didik merupakan manusia yang unik karena berdasarkan hasil penelitian bahwa
anak adalah makhluk yang berkembang yang memiliki minat dan bakat yang beragam.
Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa, Alice Crow (
Crow & Crow, 1995) menyarankan hal – hal sebagai berikut :
1.
Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan anak
2.
Isi kurikulum harus mencakup ketrampilan, pengetahuan.
3.
Anak di tempatkan sebagai subyek belajar yang berusaha untuk
belajar sendiri.
4.
Di usahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat
dan tingkat perkembangan mereka.
Desain kurikulum yang berorientasi pada
anak didik, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:
v Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat ( The Child
in Society Perspective )
ü Menurut
Francis Parker:
1.
Hakikat belajar bagi
siswa adalah apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di
masyarakat
2.
Kurikulum harus dimulai
dari apa yang pernah dialami siswa seperti pengalaman dalam keluarga,
lingkungan fisik dan lingkungan sosial mereka, serta dari hal-hal yang ada di
sekeliling mereka
v Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum
Perspective)
Mengembangkan seluruh pribadi siswa
sehingga dapat membentuk manusia yang utuh. Kurikulum ini menekankan
kepada adanya hubugan emosional yang baik antara guru dengan siswa.Menekankan
kepada integrasi. Harus dapat memberikan pengalaman yang
menyeluruh dan utuh. Lebih ditekankan kepada proses belajar. Keberhasilan
ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang terbuka dan
berdiri sendiri. Mengevaluasi berbagai kegiatan yang telah
dilaksanakan. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
ü Terdapat tiga bentuk
organisasi kurikulum, yaitu:
1. Subject centered curriculum
Pada subject
centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk
mata pelajaran - pisah, misalnya: mata pelajaran
sejarah, matematika, kimia, fisika, biologi dan sebagainya. Mata pelajaran -
mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan
kurikulum didalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya
bertanggung jawab pada satu mata pelajaran yang diberikannya.
2. Correlated Curriculum
Mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah,
tapi mata pelajaran ini memiliki kedekatan / dikelompokkan sehingga menjadi
suatu bidang studi ( broadfield ). Mengorelasikan bahan atau isi materi
kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan structural,
dalam pendekatan ini kajian atau pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata
pelajaran sejenis misalnya, kajian suatu topik tentang.
b. Pendekatan fungsional,
pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan
sehari - hari.
c. Pendekatan daerah,
pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat,
seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, social
budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
3. Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated
tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar
berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut
kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal
sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan
untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja tetapi
seluruh aspek seperti sikap, emosi atau keterampilan.
KOMENTAR:
Fitri: Menurut saya, dalam mendesain sebuah
kurikulum, hendaknya hal utama yang perlu dilihat adalah dari prespektif
psikologi. Ada banyak konsep pembelajaran dalam ranah psikologi, salah satunya
adalah kecemasan. Kecemasan bisa menjadi faktor yg menghalangi siswa dalam
pembelajaran dan karenanya perlu mendapat perhatian yg patut di pertimbangkan
dalam mendesain kurikulum.
Uswatun: sedangkan menurut saya, pendesainan sebuah
kurikulum hendaknya memperhatikan teori pembelajaran yakni model, produk, serta
prosesnya. Saya terenyuh ketika membaca kutipan dari CARL ROGERS, “aku ingin belajar ttg pmbelajaran. Tapi,bukan yg
tanpa kehidupan, steril dan sia-sia…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar