aku baru saja terbangun pagi
itu, ku rabakan tanganku di sekitar meja disamping tempat tidurku mencari benda
berkaca yang sering aku kenakan. “Tanggal 14 maret” desihku dalam hati. Hari
ini adalah tahun pertama kita. Hum aku tersenyum tipis entah kenapa aku teramat
bahagia pagi ini. Ku bundari kalender yang menempel didinding kamarku dengan
spidol hijau. Ku hiasi dengan kata-kata indah yang mewakili isi hati aku hari
ini J “ aku
senang mengenalmu”
ahh, rasanya jika ku habiskan
waktuku didepan meja ini aku bisa terlambat. Ku biarkan saja diary dan
handphone ku di depan meja. Ku buka jendela lalu ku langkahkan kakiku untuk
mandi. Yaa bukan untuk berangkat ke kampus tau menemani ibu belanja, rasanya
hari ini ku buat berbeda.. ku rayu ibu sepanjang malam agar tidak menyuruhku
menemaninya kepasar atau kemanapun besok.”besok hari special buk,.” Begitu
kataku kepada ibu. “duh, yang sudah dewasa, apa tidak bisa hari lain?” ibu
kembali memaksa. “tidak bisa bu, kan jadiannya besok bu” upsst :D ucapku
“nah kan, sekarang ketauan..”
kata ibu meledekku. Awalnya ibu teramat susah untuk di ajak nego, maklum
ibi-ibu, hehe desihku dalam hati. Setelah melakukan dialog cukup lama dengan
ibu, akhirnya ibu mengizinkanku. Yaah amat legaa..
Liburan kuliahku tinggal
seminggu lagi, selama sebulan aku memang selalu menyempatkan waktuku untuk
membantu ibu di toko roti miliknya. Selama itu pula aku tidak pernah diizinkan
untuk bertemu dengannya. Kalau bertemu mungkin dia sendiri yang menyamar
menjadi pembeli dan merayu ibu untuk bisa duduk bersama denganku di meja para
tamu. Yaah dia dan ibuku memang cukup akrab, tapi tidak gampang membuat ibu
untuk mengizinkan anaknya keluar rumah. Apalagi bersama laki-laki, ahh :/ ibu
memang teramat trauma dengan kejadian yang menimpa aku 15 tahun yang lalu.
Cukup lucu jika aku ceritakan lagi, jadi biarkan menjadi kisah masalalu ku saja
yaa..
Jam menunjukan pukul 07.18 wib.
Aku terlalu repot untuk menyiapkan diri. Peralatan make up yang ku curi dari
kamar mbak aliya memang meyimpan nuansa wanita. Aku coba menghias wajahku
sesuai petunjuk umum dari mbak aliya kaka perempuanku. Kupraktekan pagi ini,
yaa teramat rumit. Ahh sepertinya aku membutuhkan bantuan dari mbak aliya. Ku
gegaskan diri menuju kamar mbak aliya. Pintu kamarnya terbuka, sepertinya masih
di kamar mandi. Ku niatkan untuk menunggunya dikamar,. Dari luar kamar Nampak
bi yati yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuk ayah, lalu ku sapa dia dengan
senyum manisku pagi itu lalu berkata “bi, sarapan apa hari ini?” tanyaku penuh
jawaban.” Eh mbak Febby, sarapan seperti biasanya saja mbak..” jawabnya dengan
polos. Bi yati adalah wanita yang selama ini menemani keluarga kami selama 20
tahun. Dari semenjak aku dan mbak aliya masih kecil sampai sekarang. Aku amat
menyayangi bi yati, bukan sebagai orang lain tapi sudah menjadi bagian dari
keluarga kami sendiri. Yaa begitulah bi yati di mata aku..
Lamunanku terhenti oleh sosok
mbak aliya di depan pintu,. Dia sepertinya kaget karena aku berada di dalam
kamarnya, namun dia adalah kaka yang baik. Ku ungkapkan keluhannku terhadap
perlengkapan meyesatkan ini, lalu di poleskannya setiap warna dari benda itu ke
muka polosku. Awalnya aku tak ingin melihat wajahku di kaca, sebab mungkin aku
tidak akan merasa pede bahkan mungkin aku akan ngambek jika saja hasil make up
ini tak sempurna menurutku. Aku adalah sosok cewek yang mungkin sampai umurku
yang ke 19 ini belum piawai menyentuh bahan-bahan yang bernuansa kosmetik. Mbak
aliya adalah kaka yang sekarang memotifikasi aku untuk terlihat cantik di depan
dia. Haha aku sempat tertawa kalau sedang ngobrol berdua dengan mbak aliya
dikamar.. apalagi kalau aku lagi ada masalah sama dia. Pasti jalan tengahnya
nangis ke mbak aliya atau ngga meluk ibu.. mereka berdua adalah sosok perasa
yang peka sama perasaan aku. Dua-duanya bisa dijadikan sahabat rumahku, senang
sekali rasanya.
Sudah 20 menit mbak aliya
memoles wajahku, dimulai dari mata pipi, sampai bibir, amat terampil sekali. Ku
letupkan candaan ketika mbak aliya merias wajahku agar suasana kamar tidak
terlalu kaku. Yaa akhirnya selesai, polesan wajahku sudah di make over oleh
mbak aliya. Di suruhnya aku untuk membalik wajah menghadapkan wajahku ke cermin
berukuran 4X9 cm itu. Dan ke kagetan ku ternyata berkurang sebab aku tengah
terpesona dengan wajahku sendiri. Sedikit tidak percaya, ku raba wajahku yang
dihias itu.. waahh aku terpesona . Tanpa kacamata dan sedikit lipblosst yang
menempel. Ku cium pipi kakaku berlaku layaknya putri. Hahaha mbak aliya tertawa
terbahak melihat kelakuanku ini.
Ku lirik jam tangan yang melekat
ditangan kiriku, lalu ku bergegas kembali kekamar mengambil tas gemgam yang
dibelikan ibu waktu di bandung. Ku turuni tangga rumah setelah berpamitan
dengan mbak aliya. Ku sadari waktu telah lama berlalu, Indraa,. Yaah indraa itu
sapaannya mungkin telah lama menunggu di depan sana, ku tutup rapat gerbang
rumah lalu menghampiri laki-laki itu disamping pagar rumahku. Tatapannya amat
beda terhadapku, apa aku telah lama membiarkan dia menunggu, ataukah saja dia
tidak suka dengan dandanan ku siang ini. Ya aku cukup kecewa, ku hampiri dia,
lalu dia sapa ke murunganku dengan senyumnya kala itu, manisss amat manis. Ku jiwit
perutnya lalu dia pegang tanganku dan berkata “ amat lebih baik”, begitu
katanya, betapa amat senangnya aku, senyum bahagiaku mungkin tidak ia ketahui.
Dalam hati ku ucap” terima kasih sayang,.” Dan kamipun melewati halaman depan
rumahku..
To be continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar