Kamis, 06 Maret 2014

"indra" itu sapaannya..


aku baru saja terbangun pagi itu, ku rabakan tanganku di sekitar meja disamping tempat tidurku mencari benda berkaca yang sering aku kenakan. “Tanggal 14 maret” desihku dalam hati. Hari ini adalah tahun pertama kita. Hum aku tersenyum tipis entah kenapa aku teramat bahagia pagi ini. Ku bundari kalender yang menempel didinding kamarku dengan spidol hijau. Ku hiasi dengan kata-kata indah yang mewakili isi hati aku hari ini J “ aku senang mengenalmu”
ahh, rasanya jika ku habiskan waktuku didepan meja ini aku bisa terlambat. Ku biarkan saja diary dan handphone ku di depan meja. Ku buka jendela lalu ku langkahkan kakiku untuk mandi. Yaa bukan untuk berangkat ke kampus tau menemani ibu belanja, rasanya hari ini ku buat berbeda.. ku rayu ibu sepanjang malam agar tidak menyuruhku menemaninya kepasar atau kemanapun besok.”besok hari special buk,.” Begitu kataku kepada ibu. “duh, yang sudah dewasa, apa tidak bisa hari lain?” ibu kembali memaksa. “tidak bisa bu, kan jadiannya besok bu” upsst :D ucapku
“nah kan, sekarang ketauan..” kata ibu meledekku. Awalnya ibu teramat susah untuk di ajak nego, maklum ibi-ibu, hehe desihku dalam hati. Setelah melakukan dialog cukup lama dengan ibu, akhirnya ibu mengizinkanku. Yaah amat legaa..
Liburan kuliahku tinggal seminggu lagi, selama sebulan aku memang selalu menyempatkan waktuku untuk membantu ibu di toko roti miliknya. Selama itu pula aku tidak pernah diizinkan untuk bertemu dengannya. Kalau bertemu mungkin dia sendiri yang menyamar menjadi pembeli dan merayu ibu untuk bisa duduk bersama denganku di meja para tamu. Yaah dia dan ibuku memang cukup akrab, tapi tidak gampang membuat ibu untuk mengizinkan anaknya keluar rumah. Apalagi bersama laki-laki, ahh :/ ibu memang teramat trauma dengan kejadian yang menimpa aku 15 tahun yang lalu. Cukup lucu jika aku ceritakan lagi, jadi biarkan menjadi kisah masalalu ku saja yaa..
Jam menunjukan pukul 07.18 wib. Aku terlalu repot untuk menyiapkan diri. Peralatan make up yang ku curi dari kamar mbak aliya memang meyimpan nuansa wanita. Aku coba menghias wajahku sesuai petunjuk umum dari mbak aliya kaka perempuanku. Kupraktekan pagi ini, yaa teramat rumit. Ahh sepertinya aku membutuhkan bantuan dari mbak aliya. Ku gegaskan diri menuju kamar mbak aliya. Pintu kamarnya terbuka, sepertinya masih di kamar mandi. Ku niatkan untuk menunggunya dikamar,. Dari luar kamar Nampak bi yati yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuk ayah, lalu ku sapa dia dengan senyum manisku pagi itu lalu berkata “bi, sarapan apa hari ini?” tanyaku penuh jawaban.” Eh mbak Febby, sarapan seperti biasanya saja mbak..” jawabnya dengan polos. Bi yati adalah wanita yang selama ini menemani keluarga kami selama 20 tahun. Dari semenjak aku dan mbak aliya masih kecil sampai sekarang. Aku amat menyayangi bi yati, bukan sebagai orang lain tapi sudah menjadi bagian dari keluarga kami sendiri. Yaa begitulah bi yati di mata aku..
Lamunanku terhenti oleh sosok mbak aliya di depan pintu,. Dia sepertinya kaget karena aku berada di dalam kamarnya, namun dia adalah kaka yang baik. Ku ungkapkan keluhannku terhadap perlengkapan meyesatkan ini, lalu di poleskannya setiap warna dari benda itu ke muka polosku. Awalnya aku tak ingin melihat wajahku di kaca, sebab mungkin aku tidak akan merasa pede bahkan mungkin aku akan ngambek jika saja hasil make up ini tak sempurna menurutku. Aku adalah sosok cewek yang mungkin sampai umurku yang ke 19 ini belum piawai menyentuh bahan-bahan yang bernuansa kosmetik. Mbak aliya adalah kaka yang sekarang memotifikasi aku untuk terlihat cantik di depan dia. Haha aku sempat tertawa kalau sedang ngobrol berdua dengan mbak aliya dikamar.. apalagi kalau aku lagi ada masalah sama dia. Pasti jalan tengahnya nangis ke mbak aliya atau ngga meluk ibu.. mereka berdua adalah sosok perasa yang peka sama perasaan aku. Dua-duanya bisa dijadikan sahabat rumahku, senang sekali rasanya.
Sudah 20 menit mbak aliya memoles wajahku, dimulai dari mata pipi, sampai bibir, amat terampil sekali. Ku letupkan candaan ketika mbak aliya merias wajahku agar suasana kamar tidak terlalu kaku. Yaa akhirnya selesai, polesan wajahku sudah di make over oleh mbak aliya. Di suruhnya aku untuk membalik wajah menghadapkan wajahku ke cermin berukuran 4X9 cm itu. Dan ke kagetan ku ternyata berkurang sebab aku tengah terpesona dengan wajahku sendiri. Sedikit tidak percaya, ku raba wajahku yang dihias itu.. waahh aku terpesona . Tanpa kacamata dan sedikit lipblosst yang menempel. Ku cium pipi kakaku berlaku layaknya putri. Hahaha mbak aliya tertawa terbahak melihat kelakuanku ini.
Ku lirik jam tangan yang melekat ditangan kiriku, lalu ku bergegas kembali kekamar mengambil tas gemgam yang dibelikan ibu waktu di bandung. Ku turuni tangga rumah setelah berpamitan dengan mbak aliya. Ku sadari waktu telah lama berlalu, Indraa,. Yaah indraa itu sapaannya mungkin telah lama menunggu di depan sana, ku tutup rapat gerbang rumah lalu menghampiri laki-laki itu disamping pagar rumahku. Tatapannya amat beda terhadapku, apa aku telah lama membiarkan dia menunggu, ataukah saja dia tidak suka dengan dandanan ku siang ini. Ya aku cukup kecewa, ku hampiri dia, lalu dia sapa ke murunganku dengan senyumnya kala itu, manisss amat manis. Ku jiwit perutnya lalu dia pegang tanganku dan berkata “ amat lebih baik”, begitu katanya, betapa amat senangnya aku, senyum bahagiaku mungkin tidak ia ketahui. Dalam hati ku ucap” terima kasih sayang,.” Dan kamipun melewati halaman depan rumahku..
To be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar