Sistem Koordinat Cartesius
1.1. Geometri Analitik
Geometri
analitik adalah suatu cabang ilmu matematika yang merupakan kombinasi antara
aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara persamaan matematika
secara aljabar dengan tempat kedudukan secara geometrik diperoleh suatu metoda
pemecahan masalah geometri yang lebih sistematik dan lebih tegas.
Masalah-masalah geometri akan diselesaikan secara aljabar (atau secara
analitik). Sebaliknya gambar geometri sering memberikan pemahaman yang lebih
jelas pada pengertian hasil secara aljabar. Dalam hal ini juga memungkinkan
menyelesaikan masalah aljabar secara geometri, tetapi model bentuk geometri
jauh lebih penting daripada sekedar penyelesaian, khususnya jika bilangan
dikaitkan dengan konsep pokok geometri. Sebagai contoh, panjang suatu segmen garis atau sudut
antara dua garis. Jika garis dan titik secara geometrik diketahui, maka
bilangan yang menyatakan panjang atau
besar sudut antara dua garis pada
hakekatnya hanyalah nilai pendekatan
dari suatu pengukuran. Tetapi metoda aljabar memandang bilangan itu sebagai
perhitungan yang eksak (bukan
pendekatan).
1.2.
Garis Bilangan
Persekutuan
antara aljabar dan geometri adalah membuat pengaitan antara bilangan dalam
aljabar dengan titik dalam geometri. Misalkan kita perhatikan pengaitan
bilangan dengan titik pada sebuah garis yang tidak terbatas pada kedua arahnya.
Pertama-tama, kita pilih pasangan titik O dan P pada garis seperti terlihat pada gambar 1.1.





|
|

berjarak 2 panjang satuan
berjarak
3
Gambar 1.1
Titik O disebut pusat, yaitu dikaitkan dengan
bilangan nol, dan titik P yang
terletak di sebelah kanan O dikaitkan
dengan bilangan satuan. Dengan menggunakan
sebagai panjang
satuan, kita kaitkan bilangan-bilangan lain dengan semua titik pada garis
dengan cara berikut; Titik Q yang
terletak satu sisi dengan P terhadap
titik pusat O dikaitkan dengan
bilangan positif x jika dan hanya
jika jarak dari titik pusat adalah x,
yaitu
= x
. Titik R yang
terletak berlawanan sisi dari titik pusat dikaitkan dengan bilangan negatif – x jika dan hanya jika jarak dari titik pusat adalah x. Dengan cara ini setiap titik pada garis dikaitkan
dengan satu bilangan real, dan untuk setiap bilangan real berkorespondensi
dengan sebuah titik pada garis.



Suatu garis
yang titik-titiknya dikaitkan dengan bilangan-bilangan real disebut garis bilangan. Skala yang dijelaskan pada garis bilangan disebut koordinat garis. Bilangan yang
menyatakan suatu titik yang diberikan disebut koordinat titik tersebut, dan titik itu disebut grafik dari bilangan.
1.3.
Koordinat Cartesius
Titik-titik
pada sebuah garis (pada ruang dimensi satu) dinyatakan dengan bilangan tunggal.
Sedangkan titik-titik pada sebuah bidang (ruang dimensi dua) dapat dinyatakan
dengan pasangan suatu bilangan. Lebih lanjut untuk titik-titik di ruang dimensi
tiga dapat dinyatakan dengan tripel suatu bilangan.
Untuk
merepresentasikan titik pada sebuah bidang dengan pasangan bilangan, kita
tentukan dua garis bilangan bersilangan OX
dan OY, dan tentukan skala pada
masing-masing garis, seperti pada gambar 1.2. Titik potong kedua garis itu
digunakan sebagai titik pusat. Bilangan positif ditempatkan pada sebelah kanan titik O garis mendatar OX dan
sebelah atas titik O garis ke
vertikal OY. Sedangkan bilangan
negatif ditempatkan pada sebelah kiri
titik O garis mendatar OX dan sebelah bawah titik O garis ke vertikal OY. Biasanya arah positif ditandai dengan tanda panah pada garis
bilangan. Garis OX disebut sumbu-x dan garis OY disebut sumbu-y. Dua
garis yang bersilangan itu disebut sumbu
koordinat.

Py P(a, b)
b
X
a Px
Gambar 1.2
Misalkan
diberikan sebuah titik P pada bidang
yang diberi sumbu koordinat, maka terdapat korespondensi dengan titik Px pada sumbu x. Ini adalah titik potong antara sumbu x dengan garis yang sejajar sumbu y yang memuat titik P (jika P berada pada
sumbu y maka garis ini berimpit
dengan sumbu y). Dengan cara yang
sama terdapat titik Py
pada sumbu y, yang merupakan titik
potong sumbu y dengan garis yang
melalui titik P dan sejajar (atau
sama) dengan sumbu x. Koordinat kedua
titik pada sumbu disebut koordinat titik
P. Jika a adalah koordinat Px pada sumbu-x dan b adalah koordinat Py pada sumbu-y maka P direpresentasikan dengan (a,
b) atau P(a, b). Dalam contoh ini, a disebut koordinat x, atau absis
dari P, dan b disebut koordinat y,
atau ordinat dari P. Pada saat sebuah titik tertentu
diberikan, meskipun nilai numerik dari komponen koordinatnya tidak diketahui,
maka koordinat itu biasanya dinyatakan dengan notasi x dan y yang berindeks
atau dengan huruf-huruf awal dari alpabet. Sebagai contoh P1(x1,y1) atau P(a, b).
Pada bidang
koordinat, biasanya disepakati aturan sebagai berikut:
(1)
sumbu-sumbu koordinat diambil yang tegak lurus satu sama
lain;
(2)
sumbu x adalah
garis mendatar (horisontal) dengan koordinat positif arah kanan dari titik
pusat, dan sumbu y adalah garis
vertikal dengan koordinat positif ke arah atas dari titik pusat koordinat;
(3)
digunakan skala yang sama pada kedua sumbu koordinat.
Kesepakatan
ini tentu saja, tidak harus diikuti semuanya jika ada pilihan yang lebih
menguntungkan. Kita harus sering meninjau kesepakatan ketiga yaitu apabila akan
menentukan gambar akan sangat sulit membuat sketsa grafik jika kita tetap
menggunakan skala yang sama pada kedua sumbu. Pada kasus seperti ini, kita
harus merasa bebas menggunakan skala yang berbeda, mengingat penyimpangan
gambar yang terjadi dalam proses. Kecuali tetap memegang kesepakatan atau
dinyatakan dalam keadaan tertentu, atau jelas dinyatakan dalam konteks,
biasanya kita selalu mengikuti dua kesepakatan pertama.
Sumbu-sumbu
koordinat memisahkan bidang ke dalam empat daerah, yang disebut kuadran. Biasanya kuadran diidentifikasi
dengan angka romawi sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.3. Titik-titik pada
sumbu-sumbu koordinat tidak masuk pada sembarang kuadran. Urutan tanda dari
absis dan ordinat (x, y) ditunjukkan dalam gambar 1.3.
y

Kuadran II Kuadran I
(–,
+) (+, +)
x
O
Kuadran III Kuadran IV
(–,
–) (+, –)
Gambar 1.3.
Dalam sistem
koordinat tegaklurus setiap pasangan berurutan dari bilangan real dinyatakan
dengan satu dan hanya satu titik pada bidang koordinat, dan setiap titik pada
bidang koordinat berkorespondensi satu dan hanya satu pasangan berurutan dari
bilangan real.
Koordinat
titik-titik yang ditentukan dengan cara ini, seringkali dikenal sebagai koordinat Cartesius, sebagai
penghormatan terhadap matematikawan dan filosof asal Perancis yang bernama René Descartes yang hidup dari 1596
sampai 1650. Satu hal yang perlu dicatat adalah dua garis sumbu koordinat tidak
perlu harus berpotongan secara tegak lurus. Namun demikian jika kedua sumbu
berpotongan miring, hasil-hasil secara aljabar menjadi lebih rumit.
1.4.
Plotting
Proses
lokalisasi dan pemberian tanda sebuah titik yang koordinatnya diberikan disebut
plotting titik. Untuk melakukan
plotting telah banyak disediakan kertas grafik yang berupa kertas berpetak
persegi kecil-kecil. Gambar 1.4. menyatakan plotting beberapa titik pada
bidang.
Sekarang
kita dapat mengidentifikasi koordinat dari titik-titik dalam gambar 1.4.
Perhatikan bahwa semua titik pada sumbu x
mempunyai ordinat nol, dan juga titik-titik pada sumbu y mempunyai absis nol sebab keduanya berada pada sumbu koordinat.

(–1,
2) (2,
2)
(0,
1) (3, 1)
(–3,
0) (0, 0) (2, 0)
(–3,
–2) (0, –2)
(–2,
–3) (2, –3)
Gambar
1.4.
Latihan 1 A
1.
Plot masing-masing titik berikut pada bidang koordinat.
(a). (5, 2),
|
(b). (5, –2),
|
(c). (–5, 2)
|
(d). (–5, –2),
|
(e). (2, 5),
|
(f). (2, –5),
|
(g). (–2, 5)
|
(h). (–2, –5),
|
(i). (3, 0),
|
(j). (0, 3),
|
(k). (–3, 0)
|
(l). (0, –3),
|
(m). (0, 0),
|
(n). (6, 6),
|
(o). (–6, –6)
|
(p). (1½, –3),
|
2. Sebuah persegi
mempunyai panjang sisi 10 unit. Apa koordinat titik-titik sudut persegi
tersebut jika :
(a). satu titik
sudutnya berada di titik pusat, dua sisinya berada pada sumbu koordinat dan
satu titik lain di kuadran II
(b). pusat persegi
berapa pada pusat koordinat dan sisi-sisinya sejajar dengan sumbu koordinat.
(c). diagonal-diagonalnya
berada pada sumbu-sumbu koordinat.
3. Seperti soal no
2, tetapi panjang sisi persegi adalah a
unit.
4. Alas suatu
segitiga sama kaki mempunyai panjang 6 unit dan masing-masing sisi yang sama
mempunyai panjang 5 unit. Alas segitiga tersebut berada pada sumbu-x dan dibagi dua oleh titik pusat.
Tentukan kordinat titik-titik sudut segitiga tersebut kemudian gambar pada
bidang koordinat (ada dua jawaban).
5. Titik-titik (0,
0), (10, 0), (2, 5) adalah titik-titik sudut suatu jajaran genjang. Tentukan
titik yang keempat dari jajaran genjang tersebut (ada tiga jawaban).
6. Alas suatu
trapesium sama kaki adalah 20 dan 10 unit, dan panjang sisi yang sama adalah 13
unit. Alas yang lebih panjang berada sepanjang sumbu-y dan dibagi sama panjang oleh titik pusat koordinat. Jika alas
yang lebih pendek terletak di sebelah kanan, tentukan koordinat masing-masing
titik sudut trapesium tersebut.
7. Hexagon (segi 8)
beraturan dengan panjang sisi 8 unit diletakkan pada bidang sehingga pusatnya
berimpit dengan pusat koordinat. Tentukan koordinat titik-titik sudutnya.
8. Suatu segitiga sama sisi mempunyai titik sudut dengan
koordinat (–1, 3) dan titik (7, 3). Apa koordinat titik yang ketiga ? (ada dua
jawaban).
9. Panjang sisi
segitiga sama kaki adalah 16, 17, 17. Titik-titik kaki segitiga terletak pada
sumbu-sumbu koordinat, sedangkan titik yang lain berada di kuadran I dan
terletak pada garis bagi kuadran. Tentukan koordinat ketiga titik sudut
tersebut.
10. Panjang sisi
segitiga siku-siku adalah 3 dan 4 unit. Sisi miring berada sepanjang sumbu-x, salah satu titik yang lain berada
pada titik pusat koordinat. Tentukan koordinat titik-titik sudut yang lain jika
titik sikunya berada pada kuadran I (ada dua jawaban).
1.5. Jarak antara Dua Titik
Telah kita
kaitkan titik-titik dengan koordinat. Sekarang akan kita pergunakan untuk
menyelesaikan masalah geometri. Kita mulai dengan konsep jarak antara dua titik. Misalkan kita pandang jarak dua titik pada
koordinat garis. Misalkan P1
dan P2 dua titik pada
garis, dan misalkan mempunyai koordinat x1
dan x2. Jika P1 dan P2 keduanya berada di sebelah kanan pusat, dengan P2 lebih kanan daripada P1 (seperti pada gambar 1.5 (a)).

O P1 P2
(a)
x1 x2
P1 P2 O
(b)
x1 x2
P1 O P2
(c)
Gambar 1.5
Maka



Pernyataan
jarak antara dua titik akan lebih rumit jika titik pusat berada di kanan salah
satu atau kedua titik. Dalam gambar 1.5 (b) berlaku



dan
dalam gambar 1.5 (c)



Jadi
kita lihat bahwa
= x2
– x1 dalam semua kasus
dalam hal mana P2 berada
di kanan P1. Jika P2 berada di kiri P1 maka dengan cara yang sama
akan kita peroleh


Jadi
dapat selalu
direpresentasikan sebagai koordinat terbesar dikurangi koordinat terkecil.
Karena x2 – x1 dan x1 – x2
berbeda hanya salah satu dikurangi lainnya dan karena jarak selalu tidak boleh
negatif maka jarak antara P1
dan P2 dapat dirumuskan
sebagai



Bentuk ini adalah notasi jarak yang umum tanpa memandang posisi relatif P1 terhadap P2 diketahui ataupun tidak.
Sekarang
kembali kepada perhatian kita permasalahan yang lebih sulit yaitu menemukan
jarak antara dua titik di bidang datar. Misalkan kita tertarik pada jarak
antara P1(x1, y1) dan P2(x2, y2) (lihat gambar 1.6).

P1(x1, y1)
x
Q(x1, y2) P2(x2, y2)
Gambar 1.6
Garis
vertikal yang melalui P1
dan garis horizontal yang melalui P2
berpotongan pada titik Q(x1, y2). Asumsikan P1
dan P2 tidak berada pada
garis vertikal atau horizontal yang sama. P1P2Q membentuk segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku pada Q. Sekarang kita pergunakan teorema
Pythagoras untuk menghitung panjang P1P2. Dengan penjelasan yang
telah dikemukakan di depan diperoleh


Dengan teorema Pythagoras diperoleh,



Û
=
= 



Karena |x2 – x1|2 = (x2 – x1)2 = (x1
– x2)2 maka
nilai mutlak boleh dihilangkan dalam langkah ini dan kita peroleh


Kenyataan ini dinyatakan dalam teorema berikut.
Teorema 1.1
Jarak
antara dua titik P1(x1,
y1) dan P2(x2,
y2) adalah


Pada
penurunan rumus di atas, diasumsikan bahwa P1
dan P2 tidak berada pada
garis horizontal atau vertikal yang sama; akan tetapi rumus jarak di atas akan
berlaku pula pada kasus ini. Sebagai contoh misalkan P1 dan P2
berada pada garis horizontal yang sama, maka y1 = y2
dan y1 – y2 = 0. Jadi


Satu catatan bahwa
tidak selalu bernilai x2 – x1. Karena simbul Ö
menandakan akar kuadrat non-negatif. Jadi jika x2 – x1
bernilai negatif, maka
tidak sama dengan jika
x2 – x1 tetapi sama dengan |x2 – x1|.
Sebagai contoh misalkan x2
– x1 = –5 maka





Contoh 1:
Tentukan jarak antara P1(1, 4) dan P2(–3, 2).
Jawab:


=
=
= 2



Contoh 2:
Tentukan apakah titik-titik A(1, 7), B(0, 3), C(–2, –5)
terletak pada satu garis lurus(kolinier) ?
Jawab:
Kita hitung jarak antara
masing-masing titik dengan lainnya.











Tampak bahwa
=
+
, oleh karena itu ketiga titik harus berada pada satu garis
lurus (jika tidak demikian, mereka akan membentuk segitiga dan salah satu
sisinya harus kurang dari jumlah dua yang lain).




Tunjukkan bahwa (1, 2), (4, 7), (–6, 13), dan (–9,
8) adalah titik-titik
dari persegi panjang.
Jawab:
Titik-titik tersebut dapat
digambarkan pada gambar 1.7. Kita hitung panjang masing-masing sisi.












Meskipun
=
dan
=
, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa bangun di atas adalah
persegi panjang. Dalam hal ini baru kita simpulkan bahwa bangun tersebut adalah
jajaran genjang. Untuk menunjukkan bahwa jajaran genjang di atas adalah sebuah
persegi panjang perlu ditunjukkan lagi salah satu sifat yaitu jika panjang
diagonalnya sama. Panjang diagonal bangun di atas adalah










Karena telah ditunjukkan bahwa bangun di atas adalah
jajaran genjang dengan panjang diagonalnya sama maka kita simpulkan bahwa
bangun di atas adalah persegi panjang.
Latihan 1 B:
Dalam soal 1 - 4, tentukan jarak antara dua titik yang
diberikan
1. (1, –3), (2, 5) 2.
(5, –3), (5, 4)
3. (1/2, 2), (–3/2, 1/2) 4.
(
, 3
), (3
, –
)




Dalam soal 5 - 8 tentukan x dengan syarat-syarat yang diberikan
5. P1(5,
–2), P2(x, –5),
= 5 6. P1(–4, x), P2(8, 5),
= 13


7. P1(x, x),
P2(1, 4),
=
8. P1(x, 2x), P2(2x, 1),
= 




Dalam soal 9 - 14 tentukan apakah ketiga titik yang
diberikan segaris lurus (kolinier) atau tidak.
9. (–2, 3), (7, –2), (2, 5) 10. (–3, 4), (0, 2), (6, –2)
11. (1, –1), (3, 4), (–1, –6) 12. (1, 2
), (–1, 5
), (3, –2
)



13. (–3, 3), (2, –1), (7, –5) 14. (2, 3), (1, –2), (–1, 11)
Dalam soal 15 dan 16 tentukan apakah tiga titik yang
diberikan membentuk segitiga siku-siku atau tidak.
15. (0, 2), (–2, 4), (1, 3)
16. (
–3, 2
+ 1), (
– 1,
+ 1), (2
– 1,
+ 2)






17.
Tunjukkan bahwa segitiga dengan
titik-titik sudutnya berupa titik pusat, titik (a, b),
dan ( ½(a + bÖ3), ½(b – aÖ3)) adalah sama sisi.
18.
Tentukan panjang diagonal dari
segiempat yang titik-titik sudutnya mempunyai koordinat (10, 7), (2, –8), (–5,
–1), (–3, 4).
19.
Alas suatu segitiga samakaki adalah
segmen garis yang menghubungkan titik (6, 1) dengan
(–1, 2). Absis dari titik sudut yang lain adalah 3. Tentukan ordinat dari titik
sudut itu.
20.
Jarak titik (x, –5) ke titik (–5, 4) adalah tiga kali terhadap jarak titik itu
ke titik (10, –1). Tentukan x
(ada dua jawab).
1.6.
Luas Segitiga dan Poligon
Suatu segitiga atau poligon dapat dihitung luasnya apabila titik-titik
sudut diketahui koordinatnya. Salah satu cara mencari formula luas suatu
poligon adalah menggunakan prinsip penghitungan luas suatu trapesium.
Misalkan suatu
segitiga diketahui mempunyai koordinat P1(x1, y1), P2(x2, y2), dan P3(x3, y3), sedemikian hingga label memutar segitiga yang
melewati titik-titik P1P2P3 akan berlawanan dengan arah jarum jam seperti pada
gambar 1.8.

Gambar 1.8.
Misalkan M1, M2, M3
proyeksi titik-titik P1, P2, P3 pada sumbu-x
maka
Luas
DP1P2P3 = luas M1M3P3P1
+ luas M3M2P2P3
– luas M1M2P2P1.
Dalam hal ini M1M3P3P1
adalah trapesium dengan alas M1P1 dan M3P3
yang sama dengan y1 dan y2, dan tingginya M1M3 yang besarnya sama dengan x3 – x1.
Secara sama M3M2P2P3
adalah trapesium dengan panjang alas y3
dan y2 dan dengan tinggi x2 – x3; dan M1M2P2P1
adalah trapesium dengan panjang alas y1
dan y2 dan dengan tinggi x2 – x1. Oleh karena itu,
Luas DP1P2P3 = ½(y1 + y3)(x3
– x1) + ½(y3 + y2)(x2
– x2) – ½(y1 + y2)(x2
– x1)
=
½(x1y2 + x2y3 + x3y1
– x2y1 – x3y2 – x1y3)
(1)
Bentuk persamaan (1) di atas dapat ditulis dalam bentuk determinan yaitu :
Luas
DP1P2P3 = 
(2)


Jika titik-titik P1, P2, P3 disusun dalam arah putar jarum jam, maka nilai
determinan dari persamaan (2) di atas menjadi negatif. Tetapi nilai numerik
yang diberikan adalah sama. Untuk menghindari nilai negatif dari luas segitiga
yang diberikan karena susunan titik, maka luas segitiga diambil nilai mutlak
dari ruas kanan rumus (2).
Contoh 1:
Tentukan luas
segitiga jika titik-titik sudutnya adalah (–2, 7), (8, 2), dan (4, –3).
Jawab:
Gambar pada
bidang koordinat segitiga tersebut seperti gambar 1.9. berikut.
![]() |
Gambar 1.9.
Misalkan segitiga tersebut dinamai DP1P2P3. Perhatikan bahwa urutan P1P2P3 adalah berlawanan dengan
arah putar jarum jam. Dengan menggunakan rumus (1) atau (2) untuk menghitung
akan diperoleh luas segitiga tersebut yaitu:
Luas DP1P2P3 =
(4´2 + 8´7 + (–2)´(–3) – (–3) ´8 – (–2)´2 –
4´7)

=
(8 + 56 + 6 + 24 + 4 –
28) = 35

Ada suatu cara mudah untuk mengingat dan menerapkan rumus (2) dalam menentukan luas suatu segitiga ataupun poligon
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Tuliskan koordinat titik sudut
poligon dalam dua kolom. Kolom satu digunakan untuk menuliskan absis dan kolom
lainnya untuk ordinat.
(2) Lakukan untuk urutan titik-titik
yang lain sedemikian hingga titik-titik yang berurutan membentuk poligon dengan
arah berlawanan dengan arah putar jarum jam seperti pada diagram di bawah ini.
Hal ini untuk menjamin nilai yang dihasilkan adalah positif.
Titik
|
Absis
|
Ordinat
|
![]() |
x1
|
y1
|
P2
|
x2
|
y2
|
P3
|
x3
|
y3
|
...
|
...
|
...
|
Pn
|
xn
|
yn
|
P1
|
x1
|
y1
|
(3) Lakukan perkalian absis dengan
ordinat baris berikutnya seperti pada tanda anak panah lurus, dan jumlahkan
akan menghasilkan nilai numerik
x1y2 + x2y3 + … + xn-1yn
+ xny1
(4) Lakukan perkalian absis dengan ordinat baris sebelumnya seperti pada
tanda anak panah putus-putus, dan jumlahkan akan menghasilkan nilai numerik
x2y1 + x3y2 + … + xnyn-1 + x1yn
(5) Terakhir kurangkan hasil numerik
langkah (3) dengan langkah (4) dan hasilnya dibagi dua akan menghasilkan rumus
luas poligon P1P2…Pn yaitu
Luas
poligon P1P2…Pn =
{( x1y2 + x2y3
+ … + xn-1yn + xny1) – (x2y1 + x3y2
+ … + xnyn-1
+ x1yn)} (3)

Contoh 2:
Tentukan luas segi empat yang mempunyai titik-titik sudut (–1, 4), (3, –7),
(–6, 0), dan (8, 2).
Jawab:
Buat plot
titik-titik pada bidang koordinat. Susun titik-titik itu sedemikian hingga
susunan titik-titik itu membentuk segi empat dengan arah berlawanan dengan arah
putar jarum jam. Perhatikan sketsa gambar 1. 10
![]() |
Gambar 1.10.
Selanjutnya
dapat dibuat susunan koordinat dalam kolom seperti berikut ini
Titik
|
x
|
y
|
P1:
|
3
|
–7
|
P2:
|
8
|
2
|
P3:
|
–1
|
4
|
P4:
|
–6
|
0
|
P1:
|
3
|
–7
|
Dari susunan
bilangan itu dengan rumus (3) segera kita peroleh luas segi empat yaitu :
Luas P1P2P3P4
=
(3´2 + 8´4 + (–1)´0 + (–6)´(–7) – 8´(–7) – (–1)´2 – (–6)´4 – 3´0)

=
(6 + 32 + 0 + 42 + 56
+ 2 + 24 – 0) = 81

Latihan
1 C:
Tentukan luas daerah segitiga dengan
titik-titik sudut sebagai berikut:
1. (2, 3), (8, 0), (5, 6). 2. (1, 4), (7, 1), (5, 8).
3. (6, 0), (–2, 3), (2, 7). 4. (5, 1), (–3, 4), (–1, –2).
5. (0, –5), (7, –1), (–1, –1). 6. (4, 0), (0, 6), (–3, –5).
7. (–5, –3), (–2), (0, 0). 8. (–4, –2), (–1, –1), (5, 1).
9. (1.5, –3), (6.5, 2), (3, 4). 10. (7, –6), (–2, –7), (5, 5).
Tentukan luas
poligon dengan titik-titik sudut sebagai berikut:
11. (2,
6), (0, –4), (5, –3), (8, 3).
12. (–3,
7), (6, 5), (2, 12), (–2, 0)
13. (9,
2), (4, 7), (–2, 0), (5, 3).
14. (6,
7), (9, –1), (–4, 0), (–2, 7), (0, –5).
15. (2,
–5), (10, –3), (6, 4), (1, 2), (2, 0).
16. Tentukan
luas segitiga dengan titik-titik sudutnya P1(x1, y1), P2(x2, y2), dan pusat koordinat.
17. Tentukan
luas segitiga dengan titik-titik sudutnya (0, 0), (x1, 0), dan (x2,
y2).
18. Titik-titik
sudut segitiga adalah (2, 7), (5, 1), dan (x,
3).; luasnya adalah 18. Tentukan nilai dari x:
(a) jika titik itu diberikan pada arah berlawanan
dengan arah putar jarum jam.
(b) jika titik itu diberikan searah putar jarum
jam.
19. Tunjukkan
bahwa titik-titik (–2, 8), (1, –1), dan (3, –7) berada pada satu garis lurus
dengan membuktikan bahwa luas “segitiga” dari ketiga titik tersebut adalah nol.
20. Tentukan
nilai dari x sedemikian hingga titik
(x, –8), berada pada garis yang
melalui titik (2, 1) dan (3, 4).
21. Diberikan
titik-titik A(–3, 4), B(–1, –2), C(5, 6), D(x, –4). Tentukan nilai dari x sedemikian hingga segitiga ABD dan ACD mempunyai luas yang sama (ada dua jawaban).
22. Seperti
soal no.21, tentukan x sedemikian
hingga luas segitiga ABD adalah dua
kali luas segitiga ACD.
23. Tentukan
nilai dari a sedemikian hingga
titik-titik (a, 4), (5, a) dan (–1, 6) berada pada satu garis
lurus.
24. Luas
segitiga dengan titik-titik sudut (a,
6), (2, a), (4, 2) adalah 28.
Tentukan nilai a.
1.7.
Rasio Pembagian Segmen Garis
Pada
bagian ini akan dibicarakan koordinat sebuah titik yang membagi sebuah segmen
garis menjadi dua bagian dengan perbandingan tertentu.
Misalkan
diketahui titik P membagi segmen
garis AB sedemikian hingga terdapat
perbandingan


Rasio m : n
disebut rasio pembagian. Titik P disebut titik pembagi, dan P
dikatakan membagi segmen AB secara internal atau eksternal bergantung apakah P
terletak antara A dan B atau di luar segmen AB.
![]() |
A P B
0 £
< ¥

(a)
![]() |
P A B
–1 <
£ 0

(b)
![]() |
A B P
–¥
<
£ –1

(c)
Gambar 1.11
Jika P terletak antara A dan B maka rasio
pembagian adalah positif. Hal ini dikarenakan AP dan PB mempunyai arah
yang sama (perhatikan gambar 1.11 (a)). Rasio akan bernilai 0 jika P berimpit dengan A dan naik tak terbatas sebagaimana P mendekati B.
Jika P terletak di luar A dan B sebagaimana pada
gambar 1.11 (b) dan (c) maka rasio pembagian adalah negatif. Hal ini
dikarenakan AP dan PB mempunyai arah yang berlawanan.
Sejalan dengan mundurnya P dari A pada arah BA (gambar 1.11.(b)), maka rasio akan turun dari 0 hingga mendekati
nilai –1. Jika P pada perpanjangan AB (gambar 1.11. (c)) maka rasio
pembagian secara aljabar akan kurang dari –1. Rasio secara aljabar akan besar
tak terbatas apabila P mendekati B dan rasio mendekati –1 apabila P menuju titik tak hingga.
Perhatikan
gambar 1.12. berikut:
![]() |
A(x1,
y1)
m
P’ P(xP,
yP)
n
A’ B(x2,
y2)
m n
O x1 xP x2
Gambar 1.12.
Jika
koordinat titik A dan B diketahui, dan juga rasio pembagian
diketahui maka koordinat titik P dapat dicari. Pada gambar 1.12.
misalkan diketahui titik A
dengan koordinat (x1, y1) dan titik B (x2, y2) dan titik P(xp, yp) membagi segmen garis AB sedemikian hingga terdapat
perbandingan AP : PB = m : n.
Berdasarkan
sifat kesebangunan segitiga A’AB dengan P’AP maka diperoleh
perbandingan :
AP : AB = P’P : A’B = m
: m
+ n (2)
Sedangkan P’P = xP – x1 dan A’B = x2 – x1 sehingga perbandingan menjadi


Dengan
menyelesaikan persamaan untuk xP
diperoleh
xP
=
. (3)

Dengan
cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa
yP =
. (4)

Contoh 1:
Tentukan koordinat titik yang membagi segmen dari titik
(–6, 2) ke titik (4, 7)
(a). dengan rasio 2 : 3
(b). dengan rasio –7 : 2
Jawab:
Dengan menggunakan rumus (3) dan (4) dapat diperoleh
(a). xP
=
= –2, yP =
= 4;


(b). xP’
=
= 8, yP’ =
= 9.


Titik-titik yang berkaitan dengan jawaban (a) dan (b)
adalah P dan P’ seperti pada gambar 1.13 berikut
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
1.13
1.8.
Titik Tengah Segmen Garis
Rumus
penting lain pada kasus khusus yang banyak digunakan dalam koordinat Cartesius
adalah mencari titik tengah suatu segmen garis, yang dinyatakan dalam teorema
berikut.
Teorema
1.2:
Jika P
adalah titik tengah dari
dengan koordinat A(x1, y1) dan B(x1, y1) maka koordinat
titik P diberikan oleh (x, y) dengan
rumus

x =
, y =
(5)


Bukti :
Misalkan P
adalah titik tengah dari
maka jelas bahwa m : n = 1 : 1, atau m = n dan rumus (3) dan (4) dari seksi 1.6
dapat direduksi menjadi

x =
, y =



Jadi untuk mendapatkan titik tengah dari segmen AB, kita hanya menghitung rata-rata
masing-masing koordinat x dan y dari titik yang diberikan. Dengan
kejadian ini akan beralasan jika menyimpulkan bahwa rata-rata dua temperatur
yang berbeda terletak di tengahnya, rata-rata dua ketinggian akan berada di
tengah-tengah antaranya, dan lain-lain.
Contoh 2:
Tentukan titik tengah dari segmen AB jika koordinat masing-masing titik diberikan oleh (1, 5) dan
(–3, –1).
Jawab:
x =
, y = 


=
= –1, =
= 2.


Jadi P(–1, 2)
1.9.
Titik Berat (Centroid) dari Segitiga

Gambar
1.14
Pada gambar 1.14 diberikan segitiga P1P2P3. Misalkan M1 adalah titik tengah dari
sisi P2P3 dan M adalah pusat segitiga tersebut.
Jika
koordinat titik-titik sudut segitiga sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.14
maka koordinat titik M1
dengan rumus (4) adalah


Dari
Geometri Elementer kita tahu bahwa M,
titik potong antar garis tengahnya, berada pada garis tengah P1M1 pada jarak dua pertiga dari P1 ke M1.
Jadi rasio perbandingan pembagiannya adalah


Dengan
menggunakan rumus (3) dan (4) seksi 1.6, koordinat titik M dapat ditemukan yaitu,
xM =
, yM =
(6)


Hal ini berarti, absis dari titik pusat segitiga adalah rata-rata dari
absis ketiga titik sudutnya, dan ordinat dari titik pusat segitiga adalah
rata-rata dari ordinat ketiga titik sudutnya.
Latihan
1.D
Pada masing-masing latihan 1 sampai dengan 12 diberikan dua titik dan satu
rasio pembagian. Tentukan titik baginya dan plot di bidang koordinat.
1. (1,
2), (7, 5); 1
: 2.
2. (2,
1), (9, 15); 3
: 4.
3. (–3,
8), (7, –7); 3
: 2.
4. (–5, 0),
(7, –6); 1 : 3.
5. (1,
2), (9, 8); –3
: 5.
6. (1,
2), (9, 8); –5
: 3.
7. (6,
3), (–1, –2); –1
: 2.
8. (–2,
3), (7, –8); –5 :
2.
9. (–7,
–8), (1, –2); 3 :
1.
10. (–1, 7), (–8, –3); –2 : 1.
11. (–3,
8), (7, –7); 2
: 3.
12. (–3, 8), (7, –7); –2 : 3.
Tentukan koordinat titik tengah dari segmen garis yang
dihubungkan oleh pasangan titi-titik berikut:
13. (1,
2), (7, 5).
14. (2,
1), (9, 15).
15. (–3,
8), (7, 5).
16. (–5,
0), (7, –7).
17. (6,
3), (–1, –2).
18. (–7,
–8), (1, –2).
19. (0,
0), (a, b).
20. (a, 0), (0, b).
21. (a, b),
(–a, –b).
22. (a, b),
(b, a).
23. Tunjukkan bahwa
jika rasio perbandingan r1
: r2 dinyatakan dengan r, maka koordinat titik baginya adalah
xP =
, yP = 


24. Tentukan
titik-titik pembagi tiga dari segmen garis yang dihubungkan oleh titik (12, –7)
dengan titik (–3, 5).
25. Diberikan
titik-titik A(–5, 3) dan B(7, –9).
(a). Tentukan koordinat titik yang membagi segmen AB dengan perbandingan 2 : 3.
(b). Tentukan koordinat titik yang membagi segmen AB dengan perbandingan 3 : 2.
26. Titik-titik
sudut suatu segiempat adalah (7, 4), (–5, –2), (3, –8), dan (–1, 6). Dengan
menghitung secara numerik, tunjukkan bahwa keliling segiempat yang dibentuk
dengan menghubungkan titik-titik tengah sisi segiempat asal, sama dengan jumlah
diagonal segiempat asal.
27. Tentukan rasio
pembagian jika titik (2, 3) membagi segmen yang dihubungkan oleh titik (3, 8)
dan (–1, –12).
28. Titik (5, –1)
membagi segmen P1P2 dalam rasio 2 : 3. Jika
koordinat titik P1 adalah
(11, –3), tentukan koordinat titik P2.
29. Jika P(4, –1) adalah titik tengah dari segmen
AB, dengan A(2, 5), tentukan koordinat titik B.
30. Jika P(4, 1) adalah titik tengah dari segmen AB, dengan B(5, –2), tentukan koordinat titik A.
31. Tunjukkan bahwa
(5, 2) terletak pada bisektor tegak lurus segmen garis AB di mana A(1, 3) dan B(4, –2).
32. Tunjukkan
bahwa (–2, 4), (2, 0), (2, 8), dan (6, 4) adalah titik-titik dari suatu persegi.
33. Tentukan semua
nilai y yang mungkin sehingga A(5, 8), B(–4, 11), dan C(2, y) berupa segitiga siku-siku.
34. Titik (1, 4)
berjarak 5 dari titik tengah segmen yang dihubungkan oleh titik (3, –2) dan
titik (x, 4). Tentukan nilai x.
35. Titik tengah
dari sisi-sisi suatu segitiga adalah (–1, 6), (4, –2) dan (10, 1). Tentukan
koordinat titik-titik ujung segitiga tersebut.
1.10.
Bukti Analitik Teorema-teorema Geometri
Apabila kita menggunakan metode geometri analitik ketika
membuktikan teorema geometri, maka pembuktian ini disebut pembuktian secara
analitik. Ketika membawa permasalahan untuk membuktikan geometri secara
analitik, kita harus menempatkan bidang bersama dengan sumbu-sumbu koordinat
untuk kemudian membuat transisi dari geometri ke aljabar. Jadi kita bebas
meletakkan sumbu-sumbu koordinat dalam sembarang posisi dan kita pilih relasi
dari gambar yang diberikan. Kita tempatkan gambar itu dengan cara sedemikian
hingga membuat aljabar sesederhana mungkin.
Contoh 1:
Buktikan secara analitik bahwa diagonal persegipanjang
adalah sama panjang.
Jawab:
Langkah pertama tempatkan sumbu-sumbu koordinat pada
tempat yang bersesuaian. Tempatkan sumbu-x
tegaklurus dengan sumbu-y,
seperti pada gambar 1.15.

Gambar
1.15
Karena bangun yang akan kita bentuk adalah
persegipanjang, maka koordinat titik B
dan D bergantung pada titik C. Kemudian kita hitung panjang
masing-masing diagonal AC dan BD.






Karena
=
maka teorema terbukti.


Contoh 2:
Buktikan secara analitik bahwa segmen garis yang
menghubungkan titik tengah dua sisi suatu segitiga adalah sejajar sisi yang
ketiga dan panjangnya setengah dari sisi ketiga itu.
Jawab :
Misalkan diambil sembarang segitiga dengan titik-titik
ujungnya kita tempatkan pada sumbu koordinat seperti pada gambar 1.16.
![]() |
Titik-titik D
dan E masing-masing titik tengah dari
sisi AC dan BC, berturut-turut.
Dengan Rumus titik tengah diperoleh koordinat titik D(a/2,
c/2) dan E(b/2, c/2). Karena C dan D mempunyai ordinat
y yang sama, maka DE adalah garis horizontal (mendatar),
sehingga sejajar dengan AB. Sedangkan
= b/2 – a/2 = (b – a)/2 dan
= b – a; sehingga
=
/2.




Latihan 1 E:
Buktikan secara analitik bahwa :
1. Diagonal-diagonal
persegipanjang adalah sama panjang.
2. Titik tengah
sisi miring suatu segitiga siku-siku adalah berjarak sama dari ketiga titik
sudutnya.
3. Garis yang
menghubungkan titik tengah sisi-sisi yang tidak sejajar dari trapesium adalah
sejajar dengan alasnya dan panjangnya sama dengan setengah jumlah kedua
alasnya.
4. Gambar yang
dibentuk dengan menghubungkan secara berturutan titik tengah sisi-sisi suatu
segiempat adalah jajaran genjang dan panjang kelilingnya sama dengan jumlah
diagonal segiempat semula.
5. Jumlah kuadrat
empat sisi jajaran genjang adalah sama dengan jumlah kuadrat
diagonal-diagonalnya.
6. Jumlah kuadrat garis-garis tengah suatu segitiga sama
dengan tiga perempat jumlah kuadrat sisi-sisinya.
1.11.
Sudut Inklinasi dan Kemiringan (Slope)
Konsep
penting dalam mendeskripsikan sebuah garis dan selalu digunakan dalam
pembahasan grafik adalah sudut inklinasi dan kemiringan. Pertama kita ingat
kesepakatan dari trigonometri; bahwa sudut yang diukur dalam arah berlawanan
arah putar jarum jam adalah positif, dan yang diukur searah putaran jarum jam
adalah negatif.
Definisi :
Sudut inklinasi dari garis lurus yang
berpotongan dengan sumbu-x adalah ukuran sudut non-negatif terkecil dari sudut
yang dibentuk antara garis itu dengan sumbu-x positif.
Sudut
inklinasi dari garis yang sejajar dengan sumbu-x adalah 0.
Kita gunakan
simbol q untuk menyatakan sudut inklinasi. Sudut
inklinasi sebuah garis selalu kurang dari 180°, atau p radian, dan setiap garis mempunyai sudut
inklinasi. Jadi untuk sembarang garis berlaku
0° £ q < 180°, atau 0 £ q <p. (1)
Gambar 1.17
menunjukkan beberapa garis dan sudut inklinasinya.
Y 0° = 0

45°=
120°=
90° =
135°=




X
Gambar 1.17
Definisi :
Kemiringan (slope) m dari suatu garis adalah nilai tangen dari sudut inklinasinya; yaitu
m = tanq (2)
Adalah mungkin,
jika dua sudut yang berbeda mempunyai nilai tangen yang sama, tetapi tidak
mungkin dua sudut inklinasi yang berbeda mempunyai kemiringan yang sama. Hal
ini disebabkan pembatasan sudut inklinasi, yaitu 0° £ q < 180°. Salah satu masalah yang muncul adalah
kemiringan dari garis dengan sudut inklinasi = 90°, sebab tangen 90° tidak ada. Jadi garis vertikal mempunyai
sudut inklinasi 90° tetapi tidak mempunyai kemiringan. Kadang-kadang
dikatakan bahwa kemiringan garis vertikal adalah “tak hingga”, atau lambang “¥”. Bagaimanapun lambang ini bukanlah
bilangan. Akan tetapi garis dengan sudut inklinasi nol yaitu garis horisontal
mempunyai kemiringan yaitu nol.
Terlepas
dari ketiadaan kemiringan garis vertikal, ada suatu hubungan yang sederhana
antara kemiringan dengan pasangan koordinat titik pada suatu garis. Kemiringan
suatu garis dapat dinyatakan dalam bentuk dari koordinat sembarang dua titik
pada garis itu, misalnya melalui titik P1(x1, y1) dan P2(x2, y2) seperti pada gambar 1.18.











O X
Gambar 1.18
Maka kemiringan garis P1P2 diberikan oleh
m = tan q =
=
; di mana x1
¹ x2. (3)


Contoh 1:
Tentukan
kemiringan garis yang memuat titik P1(1,
5) dan P2(7, –7)
Jawab
:
Dengan menggunakan rumus (3) di atas diperoleh
m =

=
=
= – 2.


1.12.
Garis-garis Sejajar dan Tegak Lurus
Jika
dua garis yang bukan vertikal adalah sejajar maka harus mempunyai sudut
inklinasi sama besar, sehingga mempunyai kemiringan yang sama. Jika dua garis
sejajar adalah vertikal maka salah satunya pasti tidak mempunyai kemiringan.
Sebaliknya jika garis mempunyai kemiringan sama maka mereka mempunyai sudut
inklinasi yang sama dan oleh karena itu mereka sejajar. Jadi
dua garis
yang mempunyai kemiringan m1 dan m2 adalah sejajar jika dan hanya jika
m1 = m2 (1)
atau kedua garis tidak mempunyai kemiringan (lihat
gambar 1.19).
Y

l1 l2
q1 q2
X
Gambar 1.19
Jika dua garis bukan vertikal l1 dan l2
dengan sudut inklinasi q1 dan
q2
tegak lurus (lihat gambar 1.20),

q2
x
Gambar 1.20
maka
q1 – q2 = 90°,
atau
q1 = q2 + 90°,
Jadi
tanq1 =
tan(q2 + 90°) =
– cotq2 =
,

atau
m1 =
(2)

Di lain
pihak, jika m1 =
, dengan argumen penelusuran balik penalaran di atas maka
dapat ditunjukkan bahwa selisih sudut inklinasinya adalah 90° dan kedua garis adalah tegak
lurus. Kenyataan itu dituangkan dalam teorema berikut.

Teorema 1.3 :
Jika dua
garis l1 dan
l2
mempunyai kemiringan m1 dan
m2
berturut-turut, maka mereka
(a) sejajar jika dan hanya jika m1= m2,
(b) tegak lurus jika dan hanya jika m1m2 = –1.
Contoh 1:
Tentukan kemiringan dari garis l1 yang memuat (1, 5) dan (3, 8) dan garis l2 yang memuat (–4, 1) dan
(0, 7); tentukan apakah l1
dan l2 sejajar, berimpit,
tegak lurus atau yang lain.
Jawab:
Pertama kita hitung masing-masing kemiringan garis
m1
=
=
, m2 =
=
=
,





Karena m1
= m2 maka l1 dan l2 sejajar. Untuk menguji apakah keduanya berimpit kita ambil sembarang
titik pada masing-masing garis kemudian kita hitung kemiringannya, misalkan
kita ambil titik (1, 5) pada l1
dan titik (–4, 1).
m3 =
=
.


Karena m3
¹ m1 maka titik (–4, 1) tidak dapat berada di l1. Jadi l1 dan l2
adalah dua garis yang sejajar dan tidak berimpit.
1.13.
Sudut antara Dua Garis
Dua
garis yang berpotongan, l1
dan l2, akan membentuk
sudut yang saling berpelurus (suplemen), salah satu darinya diambil sebagai sudut antara dua garis. Untuk
menghindari arti ganda, kita definisikan :
Sudut antara
garis l1 dan
l2
dilambangkan dengan Ð(l1, l2) adalah sudut
terkecil dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum jam yang diperlukan
untuk memutar garis l1 dengan
pusat titik potongnya sehingga berimpit dengan garis l2.
Gambar
1.21 memperlihatkan sudut antara dua garis l1
dan l2, yang dinotasikan
dengan q.
|
![]() |
|
|
|
q
q
q
q
(a) (b)
Gambar
1.21
Suatu rumus
sederhana untuk tangen sudut antara dua garis dapat diturunkan dalam bentuk
kemiringan dari kedua garis pembentuk sudut tersebut. Misalkan garis l1 dan l2 berturut-turut mempunyai sudut inklinasi q1 dan
q2 dan
kemiringan m1 dan m2. Misalkan q
adalah sudut yang dibentuk oleh garis l1
dan l2 seperti pada gambar
1.22. berikut ini.

Gambar
1.22
Dengan
menggunakan kenyataan bahwa sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua
sudut dalam lainnya maka diperoleh
q = q2 – q1
atau q =
180° + q2 – q1 (1)
Persamaan terkhir akan dipenuhi pada posisi relatif l1 terhadap l2
seperti pada gambar 1.21 (b).
Dalam
kasus lain, berdasarkan rumus trigonometri diperoleh hubungan


atau tan q =
(3)

Tanda
anak panah dalam arah putar berlawanan dengan arah putar jarum jam di atas
rumus (3) menandakan bahwa sudut q diukur dari
garis l1 ke l2 berlawanan arah dengan
arah putar jarum jam.
Jika
garis-garis adalah sejajar, yaitu m1
= m2 maka tan q =
0, dan q = 0° atau 180°.
Jika garis-garis tersebut saling tegak lurus maka menurut teorema 1.3 penyebut
persamaan (3) menjadi nol, dan oleh karena itu menjadi takberarti. Ini juga tak
berarti jika salah satu garis adalah tegak lurus dengan sumbu-x atau sejajar dengan sumbu-y.
Contoh 1:
Tentukan besar sudut-sudut dalam segitiga yang mempunyai
titik-titik sudut dengan koordinat A(–4,
2), B(12, –2), dan C(8, 6).

Gambar
1.23
Gambar 1.23 menunjukkan gambar segitiga tersebut.
Sudut-sudut yang dicari ditandai dengan anak panah dengan arah berlawanan
dengan arah putar jarum jam. Dengan persamaan (3) seksion 1.10 dapat ditemukan
mAB =
= –
,


mAC =
=
,


mBC =
= –2.

Dengan menggunakan rumus (3) seksi ini diperoleh
tan A =
=
= 0.6364, sehingga A = 32,4712°


tan B =
=
= 1.1667, sehingga B = 49,3987°


tan C =
= –7, sehingga C = 180° –
81,8699° = 98.1301

Jika dicek A + B + C
= 180°
Tangen sudut-sudut dalam segitiga juga dapat dicek tanpa
mencari besar sudutnya dengan rumus trigonometri yang lain yaitu
tan A + tan B + tan C = tan A tan B tan C.
Dari contoh diatas jika kita ujikan akan diperoleh
kesamaan




atau –
= –


Latihan
1 F:
Paa soal 1 – 8, tentukan kemiringan (jika ada) dan besar
sudut inklinasi dari garis yang melalu titik-titik yang diberikan.
1. (2, 3), (5, 8) 5.
(–4, 2), (–4, 5)
2. (3, –2), (5, 1) 6.
(5, 0), (0, –3)
3. (–3, –2/), (3, 2) 7.
(a, a), (b, b), a
¹ b
4. ( 4, 0), (2, 5) 8.
(a, a), (–a, 2a), a
¹ 0
Pada soal 9 – 12, tentukan kemiringan (jika ada) dari
garis yang melalui dua pasangan titik yang diberikan dan tentukan apakah kedua
garis itu sejajar, berimpit, saling tegak lurus, atau yang lain.
9. (1,
–2), (–2, –11); (2, 8), (0, 2)
10.
(3, 4), (1, –2); (–5,
–4), (4, –1)
11.
(3, 5), (2, 1); (6,
1), (–2, 3)
12.
(3, 7), (–3, –1); (–1,
–2), (–5, 1)
13.
(1, 1), (4, –1); (–2,
3), (7, –3)
14.
(5, 5), (4, –1); (6,
3), (2, –2)
15.
(2, 2), (–2, 7); (0,
4), (6, –5)
16.
(3, 7), (–3, –1); (–1,
–2), (–5, 1)
17.
(1,0), (0, –1); (2,
2), (3, 1)
18.
Jika sebuah garis melalui (x, 5) dan (4, 3) adalah sejajar dengan garis yang mempunyai
kemiringan 3, tentukan x.
19.
Jika sebuah garis melalui (x, 4) dan (3, 2) adalah tegak lurus dengan garis yang mempunyai
kemiringan 3, tentukan x.
20.
Jika sebuah garis melalui (x, 1) dan (0, y) adalah
berimpit dengan garis yang melalui (5, –1) dan (–1, 3), tentukan x dan y.
21.
Jika sebuah garis melalui (2, 7) dan (0, y) adalah tegak lurus dengan garis yang
melalui (1, 3) dan (x, 2), tentukan
hubungan antara x dan y.
22.
Jika sebuah garis melalui (x, 4) dan (3, 7) adalah sejajar dengan garis yang melalui (x, –1) dan (5, 1), tentukan x.
23.
Tentukan kemiringan semua garis tengah dari segitiga yang
titik-titik sedutnya mempunyai koordinat (2, 6), (8, 3), dan (–2, –1).
24.
Dengan pengertian kemiringan, tunjukkan bahwa titik-titik
(1, 1), (4, 1), (3, –2), dan (0, –2) adalah titik-titik dari jajaran genjang.
25.
Dengan pengertian kemiringan, tunjukkan bahwa (–2, 4),
(2, 0), (2, 8), dan (6, 4) adalah titik-titik dari bujur sangkar.
26.
Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh garis yang
melalui (2, 6) dan (4, -1) dan garis yang melalui (5, 2) dan (0, 3).
27.
Tentukan sudut-sudut dalam segitiga yang titik-titik
sudutnya
(a). (1, 4), (6, 2), (0, –3),
(b). (0, 2), (4, –1), (–2, 3),
(c). (3, 6), (4, –1), (–3, 0),
(d). (1, 2), (3, 6), (7, –1),
(e). (5, 1), (3, –2), (–3, 4),
(f). (–1, 2), (8, 0), (3, 4).
28.
Tentukan kemiringan garis yang membentuk sudut dengan
garis yang melalui titik (–1, 2) dan (5, 5) dengan sifat
(a). sudut yang dibentuk mempunyai tangen 3/5
(b). sudut yang dibentuk mempunyai tangen –3/5
(c). sudut yang dibentuk berukuran 45°
(d). sudut yang dibentuk berukuran 135°
29.
Buktikan bahwa tangen sudut suatu garis yang mempunyai
kemiringan m terhadap sumbu-y adalah –1/m.
30.
Dua garis berpotongan mempunyai kemiringan berturut-turut m1 dan m2. Tunjukkan bahwa garis bagi sudut yang dibentuk oleh
kedua garis mempunyai kemiringan

Contents
kak saya minta dalam bntuk pdf ada ngga ya? kirim ke email saya ya ka, dhiasalviani@gmail.com
BalasHapusterimakasih byk kaaaaa
kak boleh minta pdf nya ngk ?
BalasHapuskak, bole minta word nya gak?
BalasHapus